Kelas Pengantar Data Spasial 02

Tulisan

Sistem Informasi Geografis dan Data Spasial  

Dikatakan Sistem Informasi Geografis karena berasal dari penggabungan tiga kata, system, informasi, dan geografi. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu system yang berisi data-data geografis yang memiliki informasi tertentu yang disusun ke dalam suatu lapisan lapisan yang ditumpuk menjadi satu dan menyajikan berbagai macam informasi sesuai dengan kebutuhan. SIG digunakan untuk mencari informasi-informasi terkait wilayah atau daerah tertentu dan dapat disajikan dengan visualisasi atau gambar dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Data spasial adalah data grafis yang mengidentifikasikan kenampakkan lokasi geografi    berupa titik garis, dan poligon. Data spasial diperoleh dari peta yang disimpan dalam bentuk digital (numerik).

 

  1. Titik

Sebuah titik dapat menggambarkan objek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah titik menggambarkan kota jika pada peta skala kecil, tetapi menggambarkan objek tertentu yang ebih spesifik dalam wilayah kota, misalnya pasar, jika pada peta skala besar.

 

  1. Garis

Sebuah garis juga dapat menggambarkan objek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah garis menggambarkan jalan atau sungai pada peta skala kecil, tetapi menggambarkan batas wilayah administratif pada peta skala bear.

 

  1. Area

Seperti halnya titik dan garis, area juga dapat menggambarkan objek yang berbeda menurut skalanya. Area dapat menggambarkan wilayah hutan atau sawah pada peta skala besar.

(lebih…)

Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung Perencanaan Wilayah di Indonesia

1. Latar Belakang

Perencanaan Tata Ruang wilayah merupakan suatu upaya mencoba merumuskan usaha pemanfaatan ruang secara optimal dan efisien serta lestari bagi kegiatan usaha manusia di wilayahnya yang berupa pembangunan sektoral, daerah, swasta dalam rangka mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Penyusunan tata ruang merupakan tugas besar dan melibatkan berbagai pihak yang dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari data spasial. Data spasial yang dibutuhkan dalam rangka membuat suatu perkiraan kebutuhan atau pengembangan ruang jangka panjang adalah bervariasi mulai dari data yang bersifat umum hingga detail. Bentuk data spasial untuk kegiataan penataan ruang umumnya berupa peta digital dan peta analog yang masing-masing mempunyai karakteristik dan spesifikasi yang berbeda, dimana jenis dan ruang lingkup serta kedetailan rencana tata ruang sangat menentukan
Berkaitan dengan kesiapan data spasial untuk mendukung tata ruang, ada beberapa titik kritis yang perlu mendapatkan perhatian kaitannya dengan prosedur kerja antara lain:

  1. Belum adanya format data dan skala peta dasar yang baku untuk penyusunan tata ruang dalam berbagai tingkat. Ada perbedaan format baku peta dengan format operasional, demikian juga skala peta dikaitkan dengan jenis data yang harus digunakan dan prosedur pengolahan data.
  2. Pengalaman menunjukkan bahwa belum memadainya kesadaran akan pentingnya penyediaan data spasial yang akurat dari kalangan pengguna. Data spasial yang akurat tidak dilihat sebagai komoditas yang strategis untuk kepentingan jangka panjang.
  3. Pembuatan atau penyusunan data spasial skala 1 : 250.000 hingga 1 : 5000 untuk tata ruang detail dilakukan dengan anggapan peta sudah tersedia dan tidak disediakan alokasi biaya untuk pembuatan peta tersebut. Dampaknya adalah peta yang digunakan sudah kadaluarsa.
  4. Pada berbagai rencana kegiatan, ketelitian peta yang dibutuhkan kadang-kadang bukan merupakan hal yang utama, yang diutamakan adalah penyebaran temanya. Informasi lokasi dan batas-batas fisik lebih diutamakan (bukan kepastian koordinat), sedangkan dalam beberapa hal misalnya infrastructure management kepastian lokasi harus dicirikan dengan ketepatan koordinat.

Kelengkapan dan kebenaran (kualitas) input data spasial akan sangat berpengaruh pada hasil atau keluarannya. Tanpa adanya data spasial yang memadai dalam arti kualitas planimetris dan informasi kualitatif, maka proses pengambilan keputusan tidak dapat dilaksanakan secara benar dan bertanggung jawab.

(lebih…)

Sistem Informasi Spasial Penanaman Modal di Sumatera Barat

Propinsi Sumatera Barat telah kehilangan potensi investasi selama beberapa tahun terakhir ini. Penyebabnya bukan kondisi fisik dari Sumatera Barat itu sendiri, melainkan sistem administrasi propinsi tersebut.

Penanam modal atau calon investor yang ingin menjejakkan usahanya di Sumatera Barat harus melewati serangkaian tahap dan birokrasi yang terlampau panjang. Jangankan untuk mendapat ijin, untuk mencari data-data terkait analisis investasi saja calon investor harus menemui berbagai badan yang berbeda. Untuk mendapatkan data mengenai kependudukan, misalnya, harus mendatangi BPS, penggunaan lahan ke BPN, kehutanan ke Dinas Perhutanan, dan sebagainya. Data-data tersebut pun tak jarang tidak ada, belum di-update, ataupun tidak akurat.

Akhirnya, dicanangkan sebuah sistem yang bertajuk PTSP atau Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Badan Koordinasi Penanaman Modal diharuskan memiliki satu jaringan data yang memuat seluruh informasi yang mendukung arus investasi, khususnya ke Sumatera Barat. Namun, hal ini sulit dilaksanakan tanpa penggunaan GIS atau Geographic Information System.

BKPM nantinya akan memiliki suatu database yang memuat ketersediaan sarana dan prasarana, ketersediaan lahan investasi, status lahan secara detail mengenai lahan potensial, lokasi eksisting investasi, status lahan kehutanan, penggunaan lahan saat ini, penutup lahan saat ini, kemampuan lahan, kesesuaian lahan, dan semua data yang dibutuhkan untuk analisis investasi.

Sehubungan dengan penyediaan informasi tersebut, BKPM RI melalui Direktorat Pengembangan Potensi Daerah, di tahun 2009 dan 2010, mempunyai kegiatan Penyusunan Potensi Investasi Daerah yang fokus pada pembuatan peta untuk 10 propinsi di Indonesia, termasuk Sumatera Barat. Skala peta yang digunakan adalah skala nasional yaitu 1:2.500.000. Dengan skala tersebut, sebenarnya potensi Sumatera Barat belum tergambar secara jelas, sehingga perlu diadakan pengembangan lebih lanjut di skala propinsi. Dengan pengembangan dan pengelolaan data spasial terkait secara berkelanjutan, arus investasi di Sumatera Barat diharapkan dapat meningkat.

15413085

Sumber : http://bkpmp.sumbarprov.go.id/sistem-informasi-spasial-penanaman-modal-sumatera-barat/

Spatial Analysis of Relationship Between Land Use Density

Studi ini memepelajari kaitan antara penjang jalan, pemanfaatan lahan, dan kerapatan bangunan dalam perencaanaan perkotaan. Masih jarang studi yang melibatkan ketiga aspek ini dalam analisis spasial. Studi ini juga mencoba untuk mencari hubungan panjang jalan dan harga tanah yang bersangkutan.

Panjang jalan mempengaruhi aspek aksesibilitas jalan dan merupakan hal yang sangat penting bagi lahan dengan peruntukan bisnis. Setelah observasi dan analisi data ternyata aksesibilitas sangat mempengaruhi harga tanah yang memiliki peruntukan untuk bisnis . Kerapatan bangunan lebih dominan mempengaruhi nilai jual tanah pemukiman.

Setelah melalui observasi dan anlisis dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga aspek ini sangat mempengaruhi data yang didapatkan melalui observasi dan analisis. ketiga aspek ini juga saling mempengaruhi satu sama lainnya baik secara positif maupun negatif.

Gabriel Pardamean Roberto

15413058

Sumber:

http://www.ss9.or.kr/paperpdf/ussecp/sss9_2013_REF125_P.pdf

4 Cara Pemetaan GIS dapat Memberdayakan Komunitas Hutan di Indonesia

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tahun lalu dapat secara efektif mengembalikan tata kelola hutan adat kepada komunitas adat. Namun sangatlah sulit untuk menentukan letak tanah-tanah adat di dalam peta-peta resmi, karena peta-peta tanah adat seringkali digambar secara manual atau terbuka untuk banyak interpretasi,

Menurut Hairul Sani, Research and Database Officer untuk Jari Borneo Barat Indonesia, sebuah NGO yang mendukung hak-hak tanah komunitas adat di Kalimantan Barat, kemampuan untuk membuat peta-peta digital telah mentransformasi usaha-usaha yang dia lakukan untuk menolong komunitas adat dalam mengadvokasi hak-hak mereka terhadap tanah. Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah dengan tingkat deforestasi terbesar di Indonesia, sebagian besar berasal dari ekspansi kelapa sawit.

Kami bertemu dengan Hairul pada bulan September, ketika WRI melakukan workshop pertama dari serangkaian workshop GIS (Geographic Information System) untuk lebih dari 30 organisasi masyarakat sipil di seluruh Indonesia. Peta-peta GIS merupakan salah satu cara yang paling jelas dan akurat untuk menyebarkan data geografis, dan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk menunjukkan batas-batas tradisional dan untuk menyelesaikan sengketa lahan di antara pemerintah dan para pengembang (developer).

Berkat pelatihan di dalam workshop tersebut, Hairul kini dapat membuat peta-peta GIS yang menunjukkan sengketa penggunaan lahan, menentukkan ulang batas-batas desa, dan menunjukkan potensi pelanggaran hukum. “Perbedaan terbesar sebelum dan setelah mengikuti pelatihan GIS yang diberikan WRI”, terang Hairul, “adalah saat ini saya dapat memfasilitasi konsultasi publik yang lebih efektif dengan masyarakat, dan juga dalam melakukan advokasi dengan pemerintah menggunakan peta-peta.”

Namun demikian bukan hanya organisasi Hairul yang dapat mengambil manfaat dari pemetaan GIS. Ketika melakukan pelatihan di Indonesia, kami menemukan empat manfaat dari pemetaan GIS:

  1. Pemetaan GIS meningkatkan posisi tawar masyarakat lokal

Selama pelatihan, para peserta belajar untuk mendigitalkan data batas-batas tanah adat untuk menghasilkan peta digital. Menyajikan informasi tersebut dalam bentuk peta membuatnya lebih mudah untuk dimengerti dibandingkan dengan daftar titik-titik GPS, dan terlihat lebih meyakinkan ketimbang peta yang digambar secara manual. Masyarakat dapat menggunakan peta-peta tersebut dalam proses negosiasi sengketa wilayah.

Hairul membuat peta batas wilayah desa dengan masyarakat di Kelurahan Sungai Kakap dan dengan mengumpulkan titik-titik GPS di lapangan. Dia kemudian mendigitalkan titik-titik tersebut untuk membuat peta tersebut, memberikannya sebuah studi awal yang terlihat lebih professional dari mana dia dapat mulai bekerja.

  1. Masyarakat lokal dapat menggunakan pemetaan GIS untuk meningkatkan akurasi peta-peta pemerintah

Peta-peta di Indonesia seringkali dibuat oleh badan pemerintah atau organisasi riset yang bisa jadi jauh berbeda dari realitas di lapangan. Ketika masyarakat lokal dapat menyusun data dan analisis GIS mereka sendiri, hasilnya dapat membantu menunjukkan kekurangan di dalam peta dan data yang dibuat oleh pemerintah.

Usaha pemetaan yang dilakukan masyarakat biasanya menghasilkan peta yang dibuat secara manual yang menunjukkan lokasi landmark penting, penggunaan lahan tradisional, dan batas-batas desa. Mendigitalkan peta-peta tersebut menggunakan software GIS akan meningkatkan akurasi fitur dalam peta yang dibuat secara manual dengan menghubungkan mereka ke dalam sistem koordinasi geografis. Data tersebut kemudian dapat dikombinasikan dengan jenis data lainnya, seperti konsesi perusahaan atau klasifikasi hukum tanah, untuk menghasilkan analisis yang kuat yang dapat membantu menyelesaikan sengketa tanah.

  1. Pemetaan GIS membantu kita memahami persoalan dengan lebih baik.

Software pemetaan GIS dapat mengkombinasikan berbagai tipe informasi spasial untuk memahami sengketa lahan di masyarakat dengan lebih baik.

Di banyak konsultasi publik yang Hairul lakukan, ditemukan bahwa masyarakat tidak sadar akan konsesi-konsesi yang tengah berlaku atau bahkan klasifikasi hukum dari tanah yang mereka tempati. Hairul membuat peta digital tentang klasifikasi hukum tanah-tanah di Desa Sungai Asam sehingga masyarakat desa dapat melihat secara jelas status hukum dari tanah mereka dan menggunakan informasi tersebut untuk memastikan praktik penggunaan lahan yang benar.

Hairul membuat peta di bawah ini untuk menunjukkan di mana perusahaan beras pemerintah Kabupaten (biru), tumpang-tindih dengan konsesi perusahaan yang tengah berlaku (merah) di Desa Sungai Bemban, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Hairul memasukkan informasi tersebut di dalam peta klasifikasi hukum tanah untuk membantu menunjukkan potensi sumber persengketaan lahan. Hairul bertujuan untuk menggunakan peta tersebut untuk mengadvokasi dengan lebih baik praktik perencanaan tata ruang dan wilayah di pemerintah regional.Peta ini menunjukkan batas-batas yang tumpang-tindih di antara lahan pemerintah untuk persawah

  1. Pemetaan GIS memungkinkan penyebaran data yang lebih mudah

Peta-peta digital sangatlah mudah untuk disebarkan secara online kepada media, pemerintah, dan masyarakat umum ketika tata kelola data dan praktik penyebaran data yang baik dilakukan. Sebagai contohnya, ArcGIS Online memberikan cara yang mudah kepada para user untuk membuat dan menyebarkan peta interaktif secara online tanpa membutuhkan keahlian atau software GIS. Seperti yang ditunjukkan oleh Hairul, lonjakan ketersediaan data dan penyebaran teknologi GIS dapat memberdayakan masyarakat di tingkat lokal untuk memperbaiki hak-hak tanah dan perlindungan hutan di dalam komunitas mereka sendiri. Pelatihan GIS yang dilakukan oleh WRI merupakan bagian dari pergerakkan yang lebih besar, selain itu, NGO terbesar di Indonesia yang bergerak di masyarakat lokal, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), tengah bekerja untuk mengkompilasi peta-peta digital tanah-tanah adat di seluruh Indonesia.

Sumber : http://www.wri.org/blog/2014/05/4-cara-pemetaan-gis-dapat-memberdayakan-komunitas-hutan-di-indonesia

OLEH : Anas Suprapto Budi /15412063

Integrasi Perencanaan Spasial dan Pengurangan Risiko Bencana pada Tingkat Lokal dalam Pemerintahan yang Mampu secara Spasial – Heri Sutanta, Abbas Rajabifard, Ian D Bishop

Di masa lalu, penanggulangan bencana hanya sebatas pada respons darurat dan pembangunan kembali. Namun, dengan keadaan saat ini akan lebih menguntungkan bila kita mengutamakan pencegahan kerugian sebelum bencana datang. Dengan begitu, kita bisa mengurangi kerugian ekonomi, korban manusia, dan mengamankan kelanjutan pembangunan.

Caranya adalah dengan melakukan pemetaan wilayah rawan bancana dan pemetaan wilayah yang berpotensi menderita kerugian. Integrasi kedua peta risiko ini merupakan unsur yang esensial untuk memasukkan pengurangan risiko bencana kedalam perencanaan spasial.

Pemetaan ini bisa dilakukan dengan mengumpulkan data spasial lokasinya, contohnya land use/penggunaan lahan. Dengan penggunaan software SIG (Sistem Informasi Geografis) risiko di masa depan bisa diprediksi. Penggunaan lahan pun bisa diarahkan kepada penggunaan yang bisa bertahan dari bencana.

Perencanaan spasial merupakan elemen penting dalam membentuk pemerintahan yang mampu secara spasial. Pengurangan risiko bencana akan meningkatkan kualitas perencanaan dan hasilnya. Proses ini perlu didesain secara hati-hati, sebab ada perbedaan di antara negara-negara dan di antara pemerintah daerah dalam satu negara.

Oleh 15413056

GIS dalam proses perencanaan suatu wilayah

Sistem Informasi Geografis atau GIS dalam bahasa Inggris, merupakan sebuah sistem informasi yg berbasis komputer. GIS dirancang untuk bekerja dan mengolah data yang bersidat spasia atau keruangan.GIS mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa,dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Sebagai sebuah sistem yang cukup kompleks, tentunya GIS atau SIG memiliki beberapa subsistem didalamnya, yaitu :

  • Data Input, Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oeh perangkat SIG yang bersangkutan.
  • Data Output, Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya.
  • Data Management, Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan diedit.
  • Data Manipulation & Analysis, Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi- fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan

Selanjutnya, dikutip dari pendapat ahli Data Spasial dan SIG, John E. Harmon, Steven J. Anderson, SIG beroperasi dengan komponen-komponen sebagai berikut :

  • Orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator bahkan stakeholder.
  • Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query,overlay, buffer, jointable, dsb.
  • Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut.

o   Data posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial, merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi/keruangan yang memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut.

o   Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya.

  • Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangandata spasial (contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll)

Selain kelima komponen di atas, ada satu komponen yang sebenarnya tidak kalah pentingyaitu Metode.Sebuah SIG yang baik adalah apabila didukung dengan metode perencanaandesain sistem yang baik dan sesuai dengan ‘’business rules’’ organisasi yang menggunakan SIG tersebut.

Secara umum, fungsi penggunaan SIG ada 4, yaitu :

  • Akuisisi data dan proses awal meliputi: digitasi, editing,pembangunan topologi, konversi format data, pemberian atribut dll.
  • Pengelolaan database meliputi : pengarsipan data, permodelan bertingkat, pemodelan jaringan pencarian atribut dll.
  • Pengukuran keruangan dan analisis meliputi : operasi pengukuran,analisis daerah penyanggga, overlay, dll.
  • Penayangan grafis dan visualisasai meliputi : transformasi skalageneralisasi, peta topografi, peta statistic, tampilan perspektif

Lalu apa hubungan SIG dalam penggunaannya di bidang Perencanaan Wilayah? SIG dan Perencanaan Wilayah bisa dibilang berkaitan, karena objek kajiannya yang masih mirip dan sejenis, yaitu mengenai geografi ataupun segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Artinya, data-data yang didapat di SIG adalah data-data yang memang berhubungan dalam aspek perencaan wilayah. Lebih detailnya, berikut adalah manfaat SIG dalam bidang perencanaan wilayah.

  1. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.
  2. Untuk pendataan pajak bumi dan bangunan
  3. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.
  4. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.
  5. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya.
  6. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.
  7. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.
  8. Untuk mengetahui persebaran penggunaa lahan.
  9. Untuk pengawasan daerah bencana alam.
  10. dan lain-lain

 

oleh 15413084

Model Perencanaan Wilayah Terbangun Dengan SMCA (Studi Kasus Di Kota Serang, Banten)

Nama : Syahri Ramadhan

NIM : 15413093

Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System (GIS) menekankan kepada input (pengumpulan data), data proses, analisa dan output. (Supriyatna, 2001). Dalam perkembangan teknologi GIS untuk melaksanakan perencanaan diperlukan suatu perangkat yakni SDSS (Spatial Decision Suport System). Menurut Malczewski (1997) A Spatial Decision Support System is an interactive, computer-based system designed to support a user or group of users in achieving a higher effectiveness of decision making while solving a semi-structured spatial-structured spatial decision problem. Agar SDSS bisa terlaksana dengan baik maka perlu disiapkan data dasar spasial sebagai input, penyimpanan data yang baik (manajeman, tempat (hardisk/server) serta analisis yang baik serta sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan spasial yang baik. Analisis didalam perencanaan sebagai penunjang dalam SDSS salah satunya adalah SMCA (Spatial Multi Criteria Analysis). Langkah pertama dalam SMCA adalah membuat seleksi dari beberapa alternatif dengan peta dari suatu wilayah berdasrkan beberapa aspek. Kemudian aspek yang berisi informasi dibuatkan standardisasi bobot untuk masing‐masing aspek.

Hasil dari SMCA yang menjadi output adalah peta. Peta ini menampilkan wilayah kesesuaian (beberapa alternatif wilayah) yang sangat membantu dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. (Raaijmakers, 2006). Beberapa software GIS sudah memasukkan aplikasi MCA (Multi Criteria Analysis) didalamnya. Software ILWIS termasuk dalam GOSS (GIS Open Source Software) yang dikembangkan oleh team ITC University di Belanda (sekarang bergabung dengan Twente University). Dalam perencanaan pembangunan SMCA menjadi penting sebagai simulasi rencana sehingga beberapa pilihan wilayah berbeda dapat dianalisis untuk pengambilan keputusan. Hasil dari MCA berupa wilayah dengan beberapa pilihan lokasi atau luasan yang berbeda. (Wibowo, 2009). Software ILWIS Open Source adalah perangkat lunak tak berbayar (free and open source) berdasarkan skema General Public License (GNU GPL) yang dimiliki oleh 520 North Initiative for Geospatial Open Source Software GmbH (Dewi, S dkk, 2009).

Untuk penerapan Model SMCA dipilih sebagai studi kasus yakni Kota Serang di Provinsi Banten. Kota Serang adalah kota administratif baru setelah adanya kebijakan otonomi daerah dan sebagai kota baru untuk perencanaan wilayah sehingga direncanakan menjadi kota yang nyaman untuk beraktifitas.

Sumber : http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-geografi/dosen/makalah-seminar/model-perencanaan-wilayah-terbangun-dengan-smca-studi-kasus-di-kota-serang/

Perencanaan dan Geografi

Kelompok analisis spasial melakukan kedua penelitian ilmu murni sekaligus terapan yang mengombinasikan perencanaan dan geografi dengan metode analisis dan komputasional. Kelompok tersebut melakukan penelitian yang menarik memiliki dimensi metodologis yang kuat dan kelompok telah mengembangkan pendekatan metodologis menggunakan berbasis komputer dan model statistik untuk analisis spasial dan jaringan, visualisasi, pemetaan, Sistem Informasi Geografis dan integrasi data. Hal-hal substantif mencakup proses sosial-ekonomi seperti penduduk dan penggunaan lahan, morfologi perkotaan, transportasi, kesehatan, pendidikan, perumahan dan layanan lokal, serta aspek yang lebih umum penggunaan informasi di perkotaan, regional dan pedesaan pembuatan kebijakan baik secara nasional dan internasional .

Banyak pertanyaan penelitian yang menarik bagi anggota kelompok memiliki dimensi metodologis yang kuat. Ini adalah kekuatan dari Kelompok Analisis Spasial di Cardiff – menjawab pertanyaan penelitian besar (teoretis dan praktis) menggunakan pendekatan metodologis. Dalam beberapa tahun terakhir, anggota kelompok telah memberikan kontribusi metodologis yang penting dalam beberapa bidang-bidang berikut:
• cara-cara baru analisis jaringan usaha, seperti sintaks ruang;
• model statistik aksesibilitas, kekurangan, permintaan layanan dan kebutuhan;
• mengukur keteraturan morfologi dan pola di kota-kota;
• simulasi evolusi kota di bawah rezim peraturan alternatif;
• simulasi co-evolusi bentuk dan lembaga (perjanjian lingkungan informal) perkotaan;
• model statistik dari menyatakan preferensi dalam pilihan lingkungan;

 

15413066

GIS Untuk Perencanaan dan Pengembangan Komunitas : Menyelesaikan Tantangan Global

Setiap hari kita mendapati bahwa dunia ini makin sulit untuk dimengerti sehingga para pembuat kebijakan mempunyai banyak tantangan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Ada 2 faktor yang mempengaruhi sebagian besar dari masalah-masalah tersebut,yaitu membuat lingkungan yang bersifat seterusnya dan krisis sosial.Dengan berkembangnya suatu masalah yang kecil dari daerah yang tingkatnya rendah maka bila di total kan dengan 1 daerah atau kawasan besar maka akan membuat masalah-masalah tersebut makin sulit untuk diselesaikan.

Perencana akan selalu berpegang pada 3 nilai yang ada pada masyarakat,yaitu keadilan,ekonomi dan lingkungan. Bila perencana salah dalam menilai dengan cermat semua permasalahan dan malah membuat suatu kebijakan yang salah maka ini akan membuat suatu bencana pada masyarakat itu sendiri.

Maka untuk mencapai suatu solusi terbaik dibutuhkan suatu aplikasi yang kompeten dan dapat membantu perencana dalam penyelesaian masalah ini.GIS adalah suatu software  sangat membantu kita dalam problem solving ini. Dengan banyaknya masalah pada perencanaan dan juga pembuatan kebijakan maka kita para perencana dianjurkan untuk memiliki suatu alat pembantu pekerjaan kita ini. GIS dapat menggabungkan banyak factor untuk dapat dianalisis daerah mana sajakah yang mempunyai masalah-masalah dari factor-faktor tersebut.

Perencanaan untuk Masyarakat

Penggunaan GIS sendiri sangat dikenal dengan perencanaan untuk masyarakat. Dengan banyaknya fasilitas yang diberikan oleh GIS,kita dapat membuat kebijakan lebih baik dan benar. Mengetahui populasi berisiko memungkinkan perencana untuk menentukan di mana untuk mengalokasikan dan menemukan sumber daya yang paling efektif.

Perencanaan dengan Masyarakat

Penggunaan GIS tidak dengan secara individualis, melainkan dapat digunakan secara bersama-sama dengan 3 cara yaitu :

  1. Pemberitahuan : GIS dapat diinformasikan kepada pemegang saham maupun masyarakat melalui GIS Online
  2. Keterlibatan : Masyarakat dapat memberikan umpan balik mengenai kebijakan yang dibuat
  3. Memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan tentang pembangunan yang ada dan baru.

Saat ini, teknologi GIS maju dengan cepat, menyediakan banyak kemampuan baru dan inovasi dalam perencanaan. Teknologi yang berkembang ini menyediakan platform untuk perencanaan yang lebih efisien dan efektif dan pengambilan keputusan – tidak hanya pemetaan dan visualisasi tetapi juga pemodelan, analisis spasial, manajemen data, layanan Web dan solusi mobile. GIS digunakan di mana-mana untuk membantu kami memecahkan masalah nyata dan menghadapi tantangan baru.

Oleh : 15413068

Sumber : http://www.directionsmag.com/articles/gis-for-planning-and-community-development-solving-global-challenges/149245